ads
ads ads ads ads

Jumat, 23 Desember 2011

Metode Pengajaran Rasulullah kepada sahabat #2

1. Variasi Rasulullah  dalam mengajar

Dari Abdullah Ibnu Mas’ud, ia berkata, “Rasulullah memberikan senggang waktu dalam memberikan mauidzah kepada kita, karena enggan membuat kami jemu.[1] Rasulullah khawatir para sahabatnya menjadi bosa, sehingga memperpanjang mauidzah atau variasi antara satu waktu dengan waktu-waktu lainnya, karena pengajaran secara berturut-turut membuat jiwa cepat bosan sehingga tidak efektif.


2. Memberikan Contoh Praktis

Rasulullah mengajarkan kepada para sahabat tentang al Qur’an ayat per ayat dengan menjelaskan kepada mereka. Sehingga mereka dapat memahaminya, mempelajari kandungannya dan mempratikkannya sendiri, baru kemudian menghafal yang lain. Berkenaan dengan hal ini, Abu Abdurrahman berkata, “Telah meriwayatkan kepada kami orang-orang yang mengajarkan Al Qur’an kepada kami, seperti Utsman bin Affan, Abdullah ibnu Mas’ud dan lain-lain bahwa mereka telah belajar sepuluh ayat dari Rasulullah, mereka tidak akan melanjutkannya, kecuali telah mengerti ilmu dan amal yang ada didalamnya. Mereka memberikan pengakuan, ‘kami belajar Al Qur’an, ilmu dan amal sekaligus’.”[2]

Hal senada juga diriwayatkan oleh Abu Wa’il dari Abdullah Ibnu Mas’ud.[3] Lebih dari itu ada sebagian sahabat yang bermukim di sisi rumah Rasulullah untuk belajar hukum-hukum dan ibadah-ibadah dalam Islam, kemudian kembali kepada keluarga dan masyarakatnya untuk mengajari mereka ilmu agama itu.

Riwayat berikut ini sebagai penjelasnya, dari Malik Ibn al Huwarits, ia berkata, “Kami datang kepada Rasulullah, kami masih muda, lalu kami tinggal selama dua puluh hari di samping beliau, suatu ketika Rasulullah mengira bahwa kami telah rindu berat kepada keluarga. Kami memberitahukan kepada hal itu kepada Rasulullah, beliau sosok yang sangat santun dan penyanyang, beliau bersabda, ‘Kembalilah kepada keluarga kalian, lalu ajarilah dan perintahlah mereka. Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku mengajarkan shalat. Dan apabila waktu shalat tiba, maka hendaklah diantara salah satu kalian mengumandangkan adzan untuk kalian, kemudian hendaklah yang paling tua diantara kalian menjadi imam.[4]


[1] Fathul Barry hal 172 dan 173, Juz Idan bandingkan dengan Musnad Ahmad hal 202, Juz V [2] Muqadimah I ushul at tafsir karya Ibnu taimiyyah, hal 6, Abu Abdurrahman adalah Abdullah Ibn Hubaib Ibn Rabi’ah, salah satu tabi’in besar, yang berguru langsung kepada Ustman, Ibnu Mas’ud dan zaid bin Tsabit, lihat Thabaqat Ibnu  Sa’d, hal 119, Juz VI dan tahzib at Tahdzib hal 183, JUZ V
[3] Muqadimah I ushul at tafsir karya Ibnu taimiyyah, hal 44
[4] Sahih Bukhori Bi hasiyah As Sandy hal 52, Juz IV


(Sumber:http://mahluktermulia.wordpress.com/2010/04/08/metode-pengajaran-rasulullah-kepada-para-sahabat-2/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kabar berita dari langit

kampoeng damaikoe