ads
ads ads ads ads

Jumat, 23 Desember 2011

Metode Pengajaran Rasulullah kepada para sahabat #1

Metode yang ditempuh Rasulullah dalam mengajar para sahabatnya tidak terlepas dari metode yang ditempuh oleh Al Qur’an. Karena Rasulullah adalah penyampai Kitabullah, Beliau menjelaskan aspek-aspek hukum, menegaskan ayat-ayatnya serta mengaplikasikan Al Qur’an dalam kehidupan keseharian.

Al Qur’an turun secara bertahap kepada beliau selama kurang lebih 23 tahun. Rasulullah bertabligh kepada kaumnya dan masyarakat sekitarnya, merinci ajaran-ajarannya secara terperinci serta mempratikkan hukum-hukumnya.

Bila kita sadar kenyataan tersebut, maka seakan-akan kita menemukan sekolah yang besar, yang pengasuhnya adalah Rasulullah. Materi pelajarannya adalah Al Qur’an dan as Sunnah. Murid-muridnya adalah para sahabatnya. Seperti halnya Al Qur’an yang turun secara bertahap, as Sunnah juga tidak di bentuk sekaligus.[1]

As Sunah dibentuk untuk mendidik umat Islam, baik bekenaan dalam permasalahan agama, sosial, etika dan politik, dalam keadaan perang dan damai atau pun dalam kondisi mudah dan sulit serta mencakup aspek ilmiah dan amaliah, aspek teoritis dan praktis.
Berikut adalah bagaimana Rasulullah mengajar kepada para sahabatnya.

1. Pengajaran bertahap

Al Qur’an menempuh jalan bertahap dalam menentang akidah-akidah rusak dan tradisi-tradisi berbahaya dan memberantas segala bentuk kemungkaran yang dilakukan oleh umat manusia pada masa pra Islam (Jahiliyyah). Al Qur’an juga menggunakan cara bertahap dalam menancapkan akidah yang benar, ibadah, hukum, ajaran kepada etika luhur dan membangkitkan keberanian orang-orang yang berada disekitar Rasulullah agar selalu bersabar dan berteguh hati. Dalam semua hal itulah, Rasulullah menjelaskan Al Qur’an Al Karim, memberikan fatwa kepada manusia, melerai pihak-pihak yang bersengketa, menegakkan hukuman dan mempratekkan ajaran-ajaran Al Qur’an, semua itu merupakan sunah.

2. Pusat-pusat pengajaran

Rasulullah menjadikan Dar Al Aqram bin Abdi manaf di Makkah sebagai markas dakwah dalam Islam. Pada awalnya dakwah itu dilakukan secara tersembunyi. Tempat itu dikenal dengan sebutan “Dar Al Islam”. Kaum muslimin awal berkumpulnya disekitar Rasulullah menjauhi kaum musyrikin untuk membaca Al Qur’an, mempelajari dasar-dasar Islam dan menghafal Al Qur’an yang sedang turun kepada beliau. Kemudian tak seberapa lama, tempat tinggal Rasulullah di Makkah menjadi pusat kegiatan kaum muslimin dan pesantren yang mereka gunakan untuk menerima Al Qur’an dan as Sunnah dari Rasulullah.

Para sahabat mempelajari Al Qur’an dan as Sunnah secara berdampingan dan mereka saling memberitahu apa yang mereka ketahui, mereka selalu berkeinginan untuk menguasai apa yang disampaikan oleh Rasulullah. Disamping itu pusat kegiatan belajar tidak hanya di tempat-tempat khusus, melainkan terkadang Rasulullah di mintakan fatwa di tengah perjalanan, dan dimana saja beliau berada. Rasulullah selalu duduk bersama para sahabatnya dan memberikan pelajaran dan membersihkan hati mereka.[2]

Diriwayatkan dari Anas, bahwasannya tatkala mereka selesai menyelesaikan shalat subuh, mereka duduk membentuk halaqah, seraya membaca Al Qur’an dan mempelajari berbagai kefardluan dan kesunnahan.[3]

3. Kebaikan Pendidikan dan Pengajaran

Rasulullah merupan figur pendidik, penyelamat, dan pengajar sekaligus pembimbing. Beliau diutus untuk meyempurnakan akhlak, beliau bergaul dengan seluruh kaum muslimin dan kaum kafir dengan baik. Rasulullah bersabda “Bagi kalian aku hanyalah seorang ayah, karena itu bila kalian buang hajat, maka jangan menghadap kiblat dan jangan (pula) membelakanginya.[4]

Bila berbicara, Rasulullah menggunakan makna yang sangat jelas, diriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata, “Bahwa Rasulullah tidak berbicara secara beruntun seperti kalian (para sahabat), tetapi beliau (Muhammad) berbicara dengan bahasa yang tegas dan jelas sehingga bisa dihafal oleh pendengarnya”[5]
Bila ada yang bertanya, Rasulullah selalu memberikan jawaban yang lebih luas dari yang ditanyakan.[6]
Contohnya : Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda tentang (air) laut. “Laut itu airnya suci dan mensucikan, bangkainya pun halal.” Dikeluarkan oleh Imam Empat dan Ibnu Syaibah. Lafadh hadits menurut riwayat Ibnu Syaibah dan dianggap shahih oleh oleh Ibnu Khuzaimah dan Tirmidzi. Malik, Syafi’i dan Ahmad juga meriwayatkannya.

Rasulullah memberikan fatwa tersebut ketika ada seorang sahabat yang sedang berlayar namun tidak cukup membawa air untuk bersuci, sahabat bertanya: “Bolehkah aku berwudhu dengan air laut, kemudian Dari Abu Hurairah berkata, bahwa Rasulullah bersabda tentang (air) laut. “Laut itu airnya suci dan mensucikan, bangkainya pun halal.” Dikeluarkan oleh Imam Empat dan Ibnu Syaibah. Lafadh hadits menurut riwayat Ibnu Syaibah dan dianggap shohih oleh oleh Ibnu Khuzaimah dan Tirmidzi. Malik, Syafi’i dan Ahmad.



(Sumber: http://mahluktermulia.wordpress.com/2010/04/08/metode-pengajaran-rasulullah-kepada-para-sahabat-1/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kabar berita dari langit

kampoeng damaikoe