ads
ads ads ads ads

Sabtu, 31 Desember 2011

<style>
.forum {width: 650px}
</style>
<a id="nabblelink" href="http://e-s-m-discussion.2315547.n4.nabble.com/">E.S.M Discussion</a>
<script src="http://e-s-m-discussion.2315547.n4.nabble.com/embed/f4238973"></script>
»»  Read more...

Jumat, 30 Desember 2011

Belajar dari Pohon Pisang dan Puah Pisang

Sahabat-sahabat E.S.M tercinta
Mudah-mudahan pada petang hari ini kalian masih senantiasa diberkahi dan dirahmati oleh Allah SWT sehingga senantiasa dapat melakukan aktifitas apapun dan tentunya yang bermanfaat bagi sahabat-sahabat semua. Sebagai rasa syukur kita ata karunia hidup yang diberikan oleh Allah sang Pencipta alam semerta ini.

Pada kesempatan kali ini E.S.M mengajak kepada sahabat-sahabat untuk belajar tentang hikmah alam semesta dan kali ini sedikit mengupas tentang salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang mungkin mayoritas dari kita belum pernah mengupasnya dalam bentuk hikmah apa yang terkandung di dalam penciptaannya tersebut. Dan bagi yang sudah mengetahui, artikel ini hanya sebagai pengingat sekaligus motivasi bagi sahabat-sahabat tercinta.

Pohon pisang, suatu pohon yang sering kita dapati di sekitar kita ini ternyata dapat memberikan hikmah yang sangat besar bagi kita, khususnya bagi mereka yang mau mempelajari dan mengambil pelajaran yang tersirat dari pohon pisang. Meskipun terlihat remeh, namun akan memberikan suatu motivasi yang sangat besar bagi kita. Jika kita perhatikan dengan seksama, pohon pisang hanya tumbuh sekali dan hidup satu kali di masanya. Maksud kami, dia hanya tumbuh sebelum ia berbuah dan memberikan buah yang berwujud pisang yang bisa dimakan oleh manusia. Ia tidak akan mati sebelum memberikan manfaat yang bisa diambil darinya. Ia akan selalu tumbuh dan tumbuh sebelum berbuah, walaupun kita menebasnya berkali-kali. -Tumbuh dalam arti bertunas dan akan terus demikian jika kita menebasnya-

Buah Pisang, suatu buah yang dihasilkan dari pohon pisang. Ia bisa dimanfaatkan oleh manusia sebagai makanan yang kaya akan manfaat, gizi, dan dapat diolah menjadi bentuk apapun untuk makanan. Contohnya keripik pisang, getuk pisang, dll. Meskipun itu juga salah satu manfaat dari buah pisang, tapi bukan itu yang kami maksud dalam judul artikel di atas. Yang kami maksud adalah ketika pisang matang, kalau kita mampu memperhatikannya ia akan matang bersama-sama, kulit dan isi (daging) nya. Tidak ada pisang yang matang dagingnya dulu lantas kulitnya. Begitupun sebaliknya, kulit matang terlebih dahulu lantas disusul isi (daging) nya, tidak demikian adanya. Kulit dan isi pisang (daging) akan selalu matang bersama-sama.

Pelajaran yang dapat kita ambil dari pohon pisang dan buah pisang:

1. Pohon pisang tidak akan pernah mati sebelum membuahkan pisang. Artinya, ia tidak akan mati sebelum memberikan manfaat bagi manusia atau makhluk Allah yang lainnya. Alangkah hebatnya manusia yang mampu menerapkan permisalan ini di dalam hidupnya. Dia akan selalu memberikan manfaat bagi manusia lainnya sepanjang hidupnya. "Khoirunnaasi anfa'ahum linnaasi" Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.
2. Buah pisang akan selalu matang bersama-sama antara kulit dan isi (daging) nya. Hikmah yang bisa kita petik adalah buah ini memberikan pelajaran untuk kita bahwa kita dianjurkan untuk selalu jujur -jujur dalam perkataan dan perbuatan- dimana perkataan di mulut dan perbuatan sesuai dengan apa yang terdetik di dalam hatinya, fikiran, dan akalnya. Begitulah seharusnya sesuai dengan anjuran-anjuran yang disarankan oleh agama yang diajarkan Rasulullah SAW. Dan ini telah dicontohkan beliau dengan gelar yang ditempelkan pada beliau bahwa Muhammad adalah orang yang paling jujur (Al-Amin) dan bisa dipercaya. Ini telah diakui oleh kalangan para sahabat-sahabat beliau maupun musuh-musuh Islam (Non Muslim).

Semoga dapat memberi manfaat untuk sahabat-sahabat pembaca E.S.M yang tercinta. [al-Ly]
»»  Read more...

Selasa, 27 Desember 2011

Pelatihan Pers dan Jurnalistik

Institut Studi Islam Darussalam telah membina kerjasama dengan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan dalam kesempatan pelatihan Pers dan Jurnalistik yang diselenggarakan di ISID mengundang TIM ICT UNS untuk menjadi narasumber dalam pemanfaatan E-Learning dalam dunia pendidikan.

Salah satu bidang yang mulai menggunakan blog yaitu sektor pendidikan. Sektor pendidikan membutuhkan suatu teknologi yang popular untuk dapat memenuhi kebutuhan beberapa pihak sebagai stakeholder pendidikan. Teknologi internet untuk pendidikan di Indonesia pertama dicetus oleh DEPDIKNAS melalui Jardiknasnya.

Jardiknas adalah singkatan dari jejaring pendidikan nasional merupakan program pengembangan infrastruktur jaringan online skala nasional (National Wide Area Network) yang dibangun oleh Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) Pemerintah Republik Indonesia untuk menghubungkan antar institusi dan komunitas pendidikan se-Indonesia. Melalui jardiknas itu, sekolah, kantor/ institusi pendidikan, perguruan tinggi, di seluruh Indonesia dapat tergabung menjadi satu simpul jaringan yang dapat diakses oleh kalangan pendididikan. Melalui Jardiknas pertukaran informasi menjadi sangat mudah. Semua yang terkoneksi dengan Jardiknas itu dapat melakukan Video Conference dalam waktu yang bersamaan. Suatu inovasi yang sangat popular untuk kemajuan pendidikan.

Begitu juga dengan Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor yang sudah mulai memanfaatkan teknologi informasi sejak lama. Hal ini dapat dilihat dari adanya sumber informasi yang memadai di dunia maya mengenai ISID Gontor. Selain itu, ISID Gontor juga telah memanfaatkan media website dan pembelajaran berbasis ICT untuk lebih memanfaatkan TIK untuk dunia pendidikan.

Melihat semakin berkembangnya teknoloni komunikasi dan informasi khususnya aplikasinya di bidang pendidikan, sebagai wujud implementasi TIK di ISID Gontor maka Mahasiswa juga diikutsertakan untuk terbiasa dengan dunia TIK. Mahasiswa telah dibuatkan Blog Mahasiswa yang berdomain ISID Gontor ( http://mahasiswa.isid.gontor.ac.id ).

Diharapkan dengan tersedianya Blog Mahasiswa ini maka mahasiswa khususnya di ISID Gontor ini dapat menggunakan Blog Mahasiswa ini sebagai media untuk menyampaikan pembelajaran online atau untuk publikasi materi yang dimiliki oleh Mahasiswa tersebut. Dengan pembelajaran online dan publikasi materi ini maka perkembangan pendidikan juga akan bergerak cepat, karena ada suatu literature baru yaitu Blog Mahasiswa ISID Gontor yang akan membuat mahasiswa-mahasiswa mempunyai fasilitas situs pribadi yang dapat digunakan untuk media ajar dan media publikasi (Jumhur-gontor.ac.id)
»»  Read more...

Minggu, 25 Desember 2011

Dr Sutomo - Pendiri Budi Utomo

Biografi Dr SutomoDokter Sutomo yang bernama asli Subroto ini lahir di desa Ngepeh, Jawa Timur, 30 Juli 1888. Ketika belajar di STOVIA (Sekolah Dokter), ia bersama rekan-rekannya, atas saran dr. Wahidin Sudirohusodo mendirikan Budi Utomo (BU), organisasi modem pertama di Indonesia, pada tanggal 20 Mei 1908, yang kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Kelahiran BU sebagai Perhimpunan nasional Indonesia, dipelopori oleh para pemuda pelajar STOVIA (School tot Opleiding voor Indische Artsen) yaitu Sutomo, Gunawan, Suraji dibantu oleh Suwardi Surjaningrat, Saleh, Gumbreg, dan lain-lain. Sutomo sendiri diangkat sebagai ketuanya.

Tujuan perkumpulan ini adalah kemajuan nusa dan bangsa yang harmonis dengan jalan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan, teknik dan industri, kebudayaan, mempertinggi cita-cita kemanusiaan untuk mencapai kehidupan bangsa yang terhormat.

Budi UtomoKemudian kongres peresmian dan pengesahan anggaran dasar BU diadakan di Yogyakarta 5 Okt 1908. Pengurus pertama terdiri dari: Tirtokusumo (bupati Karanganyar) sebagai ketua; Wahidin Sudirohusodo (dokter Jawa), wakil ketua; Dwijosewoyo dan Sosrosugondo (kedua-duanya guru Kweekschool), penulis; Gondoatmodjo (opsir Legiun Pakualaman), bendahara; Suryodiputro (jaksa kepala Bondowoso), Gondosubroto (jaksa kepala Surakarta), dan Tjipto Mangunkusumo (dokter di Demak) sebagai komisaris.


Sutomo setelah lulus dari STOVIA tahun 1911, bertugas sebagai dokter, mula-mula di Semarang, lalu pindah ke Tuban, pindah lagi ke Lubuk Pakam (Sumatera Timur) dan akhirnya ke Malang. Saat bertugas di Malang, ia membasmi wabah pes yang melanda daerah Magetan.


gedung STOVIA (School tot Opleiding voor Indische Artsen)Ia banyak memperoleh pengalaman dari seringnya berpindah tempat tugas. Antara lain, ia semakin banyak mengetahui kesengsaraan rakyat dan secara langsung dapat membantu mereka. Sebagai dokter, ia tidak menetapkan tarif, bahkan adakalanya pasien dibebaskan dari pembayaran.

Kemudian ia memperoleh kesempatan memperdalam pengetahuan di negeri Belanda pada tahun 1919. Sekembalinya di tanah air, ia melihat kelemahan yang ada pada Budi Utomo. Waktu itu sudah banyak berdiri partai politik. Karena itu, ia ikut giat mengusahakan agar Budi Utomo bergerak di bidang politik dan keanggotaannya terbuka buat seluruh rakyat.


Kemudian pada tahun 1924, ia mendirikan Indonesische Studie Club (ISC) yang merupakan wadah bagi kaum terpelajar Indonesia. ISC berhasil mendirikan sekolah tenun, bank kredit, koperasi, dan sebagainya. Pada tahun 1931 ISC berganti nama menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Di bawah pimpinannya, PBI berkembang pesat.

Makam Dr SutomoSementara itu, tekanan dari Pemerintah Kolonial Belanda terhadap pergerakan nasional semakin keras. Lalu Januari 1934, dibentuk Komisi BU-PBI, yang kemudian disetujui oleh kedua pengurus-besarnya pertengahan 1935 untuk berfusi. Kongres peresmian fusi dan juga merupakan kongres terakhir BU, melahirkan Partai Indonesia Raya atau disingkat PARINDRA, berlangsung 24-26 Des 1935. Sutomo diangkat menjadi ketua. Parindra berjuang untuk mencapai Indonesia merdeka.


Dr SutomoSelain bergerak di bidang politik dan kedokteran, dr. Sutomo juga aktif di bidang kewartawanan. Ia bahkan memimpin beberapa buah surat kabar. Dalam usia 50 tahun, ia meninggal dunia di Surabaya pada tanggal 30 Mei 1938.

E.S.M Thanks to this links:

- http://www.pendongeng.com/biografi-pahlawan-indonesia/476-pahlawan-nasional-dr-sutomo-1888-1938.html
- http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/12/biografi-dr-sutomo.html
»»  Read more...

Sabtu, 24 Desember 2011

IQRA' dalam Konseptual dan Kontekstual

Saudara-saudaraku, dalam postingan kali ini kami terisnspirasi untuk mengangkat sebuah topik yaitu IQRA'. Dimana kalimat pertama pada surat Al-'Alaq yang turun sebagai wahyu dari kitab agung Al-Qur'an ini ternyata merupakan dasar dari semua ilmu pengetahuan yang semakin berkembang pada saat ini.

IQRA' bukan hanya dapat diartikan membaca, ia dapat dimaknai dengan menganalisa, mendengar, melihat, memperhatikan, bahkan berdiskusi pun bisa diaktualisaikan dalam makna dan arti IQRA'

Di dalam sejarahnya, iqra' merupakan metode belajar yang langsung diajarkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW seperti yang kita ketahui dari berbagai sumber sejarah bahwa Muhammad adalah pemuda "Ummy", seorang pemuda yang tidak pernah mengenal baca tulis. Namun, beliau mampu memberi inspirasi kepada ummat manusia dalam segala bidang. Mampu menjadi seorang guru terbaik yang bisa mengilhami pemikiran-pemikiran ummat manusia di muka bumi ini. Bahkan beliau bisa menjadi "public figure" sebagai manusia utama dalam budi pekerti, pemikiran, dan perilaku.

Lantas apa yang bisa menjadikan beliau sedemikian itu?
Terlepas dari kenabian beliau, ternyata wahyu pertama yang beliau terima pada saat "berkhalwat" di gua Hira' merupakan konsep utama di dalam pendidikan dan pengajaran pada segala bidang ilmu pengetahuan ataupun bidang tatanan kehidupan ini.

IQRA' dalam konseptual, kalimat yang mempunyai makna dan arti "membaca" secara etimologi ini adalah sebuah konsep dasar, ya konsep yang sangat mendasar dari semua konsep-konsep dan metoda-metoda dalam pendidikan ataupun pengajaran. Bacalah segala sesuatu yang ada di sekita kita! Bacalah perilaku orang terhadap orang lain! Bacalah buku! Bacalah banyak hal tentang kejadian-kejadian yang pernah terjadi di sekeliling kita! Maka kita akan tahu dan akan mempunyai pengetahuan.

Allah tidak pernah melarang umat manusia -hamba-Nya- untuk berfikir dan menganalisa semua yang terhampar di muka bumi ini. "Bacalah dengan nama Tuhanmu!" Berpikirlah tentang segala sesuatu ciptaan Tuhanmu, Pikirkan bagaimana Tuhan menciptakan sesuatu. Namun 1 hal yang menjadi pantangan yaitu Jangan pernah berfikir bagaimana Allah bisa menjadi Tuhan dan dzat-dzatNya. Begitulah konsep "iqra'" ini.

IQRA' dalam kontekstual, membaca dapat kita terapkan dalam segala hal. Baik pada pengetahuan ilmiyah, pengetahuan religi, bahkan pada kehidupan sehari-hari untuk mencapai kehidupan yang bahagia. Dimana hidup bahagia adalah cita-cita dan harapan semua insan yang pernah dan yang masih hidup di dunia ini. Tidak terbatas kepada mereka yang menyembah Allah ataupun yang menyembah selain kepada Allah.

Saudaraku, mari kita landaskan semua yang diterapkan di dalam kehidupan kita ini dengan IQRA', niscaya kita akan lebih tahu dan lebih bisa bijaksana di dalam bagaimana seharusnya mengaplikasikan kehidupan yang merupakan anugerah Allah yang terbesar ini. Bagi para ilmuwan, IQRA' adalah kunci untuk mencetuskan konsep-konsep keilmuannya. Bagi para pedagang, IQRA' dapat menjadi modal untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya, namun masih tetap dalam batasan sah dan halal. Dan seterusya...

IQRA' merupakan "konsep" yang utama dan sangat mendasar yang fleksibel dengan segala situasi, yang dapat disesuaikan pada "konteks" manapun, dalam bidang apapun. Allahu Akbar
»»  Read more...

Jumat, 23 Desember 2011

Metode Pengajaran Rasulullah kepada sahabat #3

1. Memperhatikan Situasi dan Kondisi
 
Rasulullah berbicara kepada orang lain sesuai dengan kadar intelektual mereka. Suatu pembicaraan yang tidak dapat dipersepsi oleh akal pendengar, terkadang justru menjadikan fitnah. Sehingga yang terjadi tidaklah seperti yang dikehendaki . Rasulullah benar-benar berbicara kepada mereka yang hadir dengan bahasa yang dapat mereka tangkap pengertiannya. Sehingga seorang arab pedalaman dengan kekerasan karakternya mampu memahami. Demikian juga dengan lingkungan arab kota lebih dapat memahaminya. Disamping itu juga beliau memperhatikan daya tangkap, kecerdasan dan kemapuan alami maupun hasil latihan mereka dalam berpikir. Kepada orang yang cerdas beliau cukup memberikan isyarat. Misalnya adalah riwayat berikut:
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Ada seseorang warga Fazarah menghadap ke Rasulullah, ia berkata, ‘Sesungguhnya istriku melahirkan anak yang berkulit hitam, dan aku tidak mengakuinya.’ Lalu Rasulullah bertanya kepadanya, ‘Apakah kamu mempunyai unta?’ Ia menjawab, ‘Ya.’ Rasulullah bertanya, ‘Apa warna kulitnya?’ Ia menjawab, ‘Kemerahan.’ Rasulullah bertanya, ‘apakah diantara unta itu ada yang berwarna ke-abu-abuan?’ Ia menjawab, ‘Ada’. Rasulullah bertanya, ‘Bagaimana bisa begitu?’, Ia menjawab, ‘Mungkin dipengaruhi oleh faktor keturunan.’ Kemudian Rasulullah bersabda, ‘Nah, anakmu itu juga dipengaruhi oleh keturunan (gen)’.”[1]

Satu-satunya sarana untuk mendudukan orang itu agar mengakui anak yang di-ingkarinya adalah menganalogikan dengan peristiwa yang sering terjadi dilingkungannya, baik berkenaan dengan kehidupan sehari-hari maupun kondisi lingkungan.

Disamping ditujukan kepada akal, pembicaraan beliau juga ditujukan kepada rasa dan nurani. Pembicaraan Rasulullah mampu mengerakan perasaaan dan bahkan menggetarkannya. Beliau dapat menangani berbagai macam persoalan dengan bijak dan hati-hati. Sebagai contoh riwayat berikut:
Dari Abu Umamah Al Bahily, bahwa ada pemuda Quraisy menghadap kepada Rasulullah, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, bolehkan aku berbuat zina?” Kemudian para sahabat berdatangan untuk mencegahnya, namun beliau bersabda, “Biarkan saja.” Dan Beliau bersabda, “Mendekatlah.” Pemuda itu mendekat kepada Rasulullah, lalu beliau bertanya, “Apakah engkau senang bila hal ini terjadi kepada Ibumu?” Ia menjawab, “Tidak demi Allah.” Rasulullah bersabda, “Semoga Allah menjadikanku sebagai tebusanmu.” Beliau juga bersabda, “Orang-orang juga tidak senang bila hal itu terjadi kepada Ibu mereka.” Beliau bertanya, apakah engkau senang bila hal ini terjadi kepada putrimu?” Ia menjawab, “Tidak, demi Allah.” Kemudian Rasulullah bersabda, “Semoga Allah menjadikanku tebusanmu. Beliau juga bersabda, “Orang-orang juga tidak senang bila hal ini terjadi kepada putri mereka.” Begitulah seterusnya hingga pertanyaan kepada saudarinya, ibunya baik pihak ayah dan pihak ibunya. Setiap pertanyaan Rasulullah dijawab oleh pemuda Quraisy itu, “Tidak, Demi Allah.” Kemudian Nabi meletakan tangan beliau ke dadanya, seraya berdo’a, “Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikan hatinya dan peliharalah kemaluannya.”[2]

2. Memudahkan dan Tidak Memberatkan

Untuk meyebarkan dan menyampaikan Islam, Rasulullah menempuh jalan tegas, tetapi memilih yang termudah dan terlonggar dalam mengajarkan hukum-hukum agama kepada para sahabatnya.  Berikut adalah dalil-dalil dari as Sunnah.

“Mengajarlah kalian. Permudahlah dan jangan mempersulit. Dan bila salah seorang di antara kalian marah, maka hendaklah diam.”[3]

“Permudahlah dan jangan mempersulit, gembirakanlah dan jangan membuat orang lari.”[4]
Karena semua inilah Rasulullah menganjurkan para sahabat untuk mendalami persoalan-persoalan agama mereka, memerintahkan kepada mereka untuk menanyakan apa saja yang tidak mereka ketahui serta melarang mereka memberikan fatwa tanpa ilmu.
Salah satu contoh sifat toleran Rasulullah adalah sebagai berikut:

Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Seorang arab badui/pedalaman masuk masjid, kemudian shalat dua rakaat, lalu ia berdo’a, ‘Ya Allah, rahmatillah aku dan Muhammad dan jangan engkau rahmati bersama kami seorang pun.’ Lalu Rasulullah menoleh dan berkata, ‘Kamu hendak menutup sesuatu yang lapang.’ Selang beberapa lama, orang itu kencing di dalam masjid, orang-orang lalu menghampirinya (untuk mencegah). Namun Rasulullah bersabda kepada mereka, ‘Sesungguhnya kalian diutus sebagai orang-orang yang memberikan kemudahan dan tidak diutus sebagai orang-orang yang meyulitkan. Siramkan seember air pada bekas kencingnya itu’.”[5]

Itulah sifat Rasulullah yang selalu lembut dalam menghadapi segala masalah pada masanya, beliau tidak menghujat ataupun mencaci hal-hal yang sifatnya sepele. Sunnguh telah ada Suri tauladan yang baik dalam diri Rasulullah.

3. Pengajaran Kepada kaum Wanita

Di samping pengajaran kepada kaum pria, Rasulullah juga memperhatikan pengajaran kepada kaum wanita. Suatu ketika beberapa orang wanita datang kepada Rasulullah, seraya berkata, “Wahai Rasulullah, kami tidak dapat mengikuti majelismu yang terdiri dari kaum pria, karena itu kami menjanjikan satu hari yang kami gunakan untuk datang kepadamu.” Beliau bersabda, “Tempat yang aku janjikan untuk kalian adalah di rumah Fulan.” Pada hari yang ditentukan dan ditempat yang dijanjikan itu beliau hadir dan memberikan pengajaan kepada mereka.[6]

Di dalam pengajaran Rasulullah itulah para wanita melontarkan pertanyaan-pertanyaan mengenai hukum yang berkaitan dengan wanita dan Rasulullah memberikan fatwa kepada mereka. Dari Aisyah, ia berkata, “Wanita terbaik adalah wanita Anshar, mereka tidak terhalang dari rasa malu untuk mendalami agama.[7]
Demikianlah sedikit ringkasan tentang bagaimana metode pengajaran Rasulullah kepada para sahabatnya, semoga bisa dijadikan pelajaran yang berharga.

[1] Sahih Muslim, hal 1137 dari dua Hadits, hadits 18 dan 20, Juz II [2] Majma Az Zawa’id hal 129, Juz I
[3] Musnad Imam Ahmad, hal 12, hadist 2136 dan hal 191 hadist 2556 Juz II
[4] Sahih Bukhori bi Hasiyah as sandy, hal 24 Juz I
[5] Bagian kedua dari hadist tersebut yakni peritiwa kencingnya seoran arab badui, disebutkan oleh Al Bukhari dari Ans dan Abu Hurairah, Lih; Fathul Bariy hal 335 dan 336 Juz I, sedang kisah do’anya itu ditempat lain dan ditakhrij oleh Imam Ahmad dengan sanad sahih pada hal 244, hadist 7254 Juz XII dan hal 209 hadist 7786, Juz I
[6] Musnad Ahmad, hal 85 hadist 7351, Juz XIII dan Fathul Bariy hal 206, Juz I
[7] Fathul Bariy, hal 239, Juz I
»»  Read more...

Metode Pengajaran Rasulullah kepada sahabat #2

1. Variasi Rasulullah  dalam mengajar

Dari Abdullah Ibnu Mas’ud, ia berkata, “Rasulullah memberikan senggang waktu dalam memberikan mauidzah kepada kita, karena enggan membuat kami jemu.[1] Rasulullah khawatir para sahabatnya menjadi bosa, sehingga memperpanjang mauidzah atau variasi antara satu waktu dengan waktu-waktu lainnya, karena pengajaran secara berturut-turut membuat jiwa cepat bosan sehingga tidak efektif.


2. Memberikan Contoh Praktis

Rasulullah mengajarkan kepada para sahabat tentang al Qur’an ayat per ayat dengan menjelaskan kepada mereka. Sehingga mereka dapat memahaminya, mempelajari kandungannya dan mempratikkannya sendiri, baru kemudian menghafal yang lain. Berkenaan dengan hal ini, Abu Abdurrahman berkata, “Telah meriwayatkan kepada kami orang-orang yang mengajarkan Al Qur’an kepada kami, seperti Utsman bin Affan, Abdullah ibnu Mas’ud dan lain-lain bahwa mereka telah belajar sepuluh ayat dari Rasulullah, mereka tidak akan melanjutkannya, kecuali telah mengerti ilmu dan amal yang ada didalamnya. Mereka memberikan pengakuan, ‘kami belajar Al Qur’an, ilmu dan amal sekaligus’.”[2]

Hal senada juga diriwayatkan oleh Abu Wa’il dari Abdullah Ibnu Mas’ud.[3] Lebih dari itu ada sebagian sahabat yang bermukim di sisi rumah Rasulullah untuk belajar hukum-hukum dan ibadah-ibadah dalam Islam, kemudian kembali kepada keluarga dan masyarakatnya untuk mengajari mereka ilmu agama itu.

Riwayat berikut ini sebagai penjelasnya, dari Malik Ibn al Huwarits, ia berkata, “Kami datang kepada Rasulullah, kami masih muda, lalu kami tinggal selama dua puluh hari di samping beliau, suatu ketika Rasulullah mengira bahwa kami telah rindu berat kepada keluarga. Kami memberitahukan kepada hal itu kepada Rasulullah, beliau sosok yang sangat santun dan penyanyang, beliau bersabda, ‘Kembalilah kepada keluarga kalian, lalu ajarilah dan perintahlah mereka. Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku mengajarkan shalat. Dan apabila waktu shalat tiba, maka hendaklah diantara salah satu kalian mengumandangkan adzan untuk kalian, kemudian hendaklah yang paling tua diantara kalian menjadi imam.[4]


[1] Fathul Barry hal 172 dan 173, Juz Idan bandingkan dengan Musnad Ahmad hal 202, Juz V [2] Muqadimah I ushul at tafsir karya Ibnu taimiyyah, hal 6, Abu Abdurrahman adalah Abdullah Ibn Hubaib Ibn Rabi’ah, salah satu tabi’in besar, yang berguru langsung kepada Ustman, Ibnu Mas’ud dan zaid bin Tsabit, lihat Thabaqat Ibnu  Sa’d, hal 119, Juz VI dan tahzib at Tahdzib hal 183, JUZ V
[3] Muqadimah I ushul at tafsir karya Ibnu taimiyyah, hal 44
[4] Sahih Bukhori Bi hasiyah As Sandy hal 52, Juz IV


(Sumber:http://mahluktermulia.wordpress.com/2010/04/08/metode-pengajaran-rasulullah-kepada-para-sahabat-2/)
»»  Read more...

Metode Pengajaran Rasulullah kepada para sahabat #1

Metode yang ditempuh Rasulullah dalam mengajar para sahabatnya tidak terlepas dari metode yang ditempuh oleh Al Qur’an. Karena Rasulullah adalah penyampai Kitabullah, Beliau menjelaskan aspek-aspek hukum, menegaskan ayat-ayatnya serta mengaplikasikan Al Qur’an dalam kehidupan keseharian.

Al Qur’an turun secara bertahap kepada beliau selama kurang lebih 23 tahun. Rasulullah bertabligh kepada kaumnya dan masyarakat sekitarnya, merinci ajaran-ajarannya secara terperinci serta mempratikkan hukum-hukumnya.

Bila kita sadar kenyataan tersebut, maka seakan-akan kita menemukan sekolah yang besar, yang pengasuhnya adalah Rasulullah. Materi pelajarannya adalah Al Qur’an dan as Sunnah. Murid-muridnya adalah para sahabatnya. Seperti halnya Al Qur’an yang turun secara bertahap, as Sunnah juga tidak di bentuk sekaligus.[1]

As Sunah dibentuk untuk mendidik umat Islam, baik bekenaan dalam permasalahan agama, sosial, etika dan politik, dalam keadaan perang dan damai atau pun dalam kondisi mudah dan sulit serta mencakup aspek ilmiah dan amaliah, aspek teoritis dan praktis.
Berikut adalah bagaimana Rasulullah mengajar kepada para sahabatnya.

1. Pengajaran bertahap

Al Qur’an menempuh jalan bertahap dalam menentang akidah-akidah rusak dan tradisi-tradisi berbahaya dan memberantas segala bentuk kemungkaran yang dilakukan oleh umat manusia pada masa pra Islam (Jahiliyyah). Al Qur’an juga menggunakan cara bertahap dalam menancapkan akidah yang benar, ibadah, hukum, ajaran kepada etika luhur dan membangkitkan keberanian orang-orang yang berada disekitar Rasulullah agar selalu bersabar dan berteguh hati. Dalam semua hal itulah, Rasulullah menjelaskan Al Qur’an Al Karim, memberikan fatwa kepada manusia, melerai pihak-pihak yang bersengketa, menegakkan hukuman dan mempratekkan ajaran-ajaran Al Qur’an, semua itu merupakan sunah.

2. Pusat-pusat pengajaran

Rasulullah menjadikan Dar Al Aqram bin Abdi manaf di Makkah sebagai markas dakwah dalam Islam. Pada awalnya dakwah itu dilakukan secara tersembunyi. Tempat itu dikenal dengan sebutan “Dar Al Islam”. Kaum muslimin awal berkumpulnya disekitar Rasulullah menjauhi kaum musyrikin untuk membaca Al Qur’an, mempelajari dasar-dasar Islam dan menghafal Al Qur’an yang sedang turun kepada beliau. Kemudian tak seberapa lama, tempat tinggal Rasulullah di Makkah menjadi pusat kegiatan kaum muslimin dan pesantren yang mereka gunakan untuk menerima Al Qur’an dan as Sunnah dari Rasulullah.

Para sahabat mempelajari Al Qur’an dan as Sunnah secara berdampingan dan mereka saling memberitahu apa yang mereka ketahui, mereka selalu berkeinginan untuk menguasai apa yang disampaikan oleh Rasulullah. Disamping itu pusat kegiatan belajar tidak hanya di tempat-tempat khusus, melainkan terkadang Rasulullah di mintakan fatwa di tengah perjalanan, dan dimana saja beliau berada. Rasulullah selalu duduk bersama para sahabatnya dan memberikan pelajaran dan membersihkan hati mereka.[2]

Diriwayatkan dari Anas, bahwasannya tatkala mereka selesai menyelesaikan shalat subuh, mereka duduk membentuk halaqah, seraya membaca Al Qur’an dan mempelajari berbagai kefardluan dan kesunnahan.[3]

3. Kebaikan Pendidikan dan Pengajaran

Rasulullah merupan figur pendidik, penyelamat, dan pengajar sekaligus pembimbing. Beliau diutus untuk meyempurnakan akhlak, beliau bergaul dengan seluruh kaum muslimin dan kaum kafir dengan baik. Rasulullah bersabda “Bagi kalian aku hanyalah seorang ayah, karena itu bila kalian buang hajat, maka jangan menghadap kiblat dan jangan (pula) membelakanginya.[4]

Bila berbicara, Rasulullah menggunakan makna yang sangat jelas, diriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata, “Bahwa Rasulullah tidak berbicara secara beruntun seperti kalian (para sahabat), tetapi beliau (Muhammad) berbicara dengan bahasa yang tegas dan jelas sehingga bisa dihafal oleh pendengarnya”[5]
Bila ada yang bertanya, Rasulullah selalu memberikan jawaban yang lebih luas dari yang ditanyakan.[6]
Contohnya : Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda tentang (air) laut. “Laut itu airnya suci dan mensucikan, bangkainya pun halal.” Dikeluarkan oleh Imam Empat dan Ibnu Syaibah. Lafadh hadits menurut riwayat Ibnu Syaibah dan dianggap shahih oleh oleh Ibnu Khuzaimah dan Tirmidzi. Malik, Syafi’i dan Ahmad juga meriwayatkannya.

Rasulullah memberikan fatwa tersebut ketika ada seorang sahabat yang sedang berlayar namun tidak cukup membawa air untuk bersuci, sahabat bertanya: “Bolehkah aku berwudhu dengan air laut, kemudian Dari Abu Hurairah berkata, bahwa Rasulullah bersabda tentang (air) laut. “Laut itu airnya suci dan mensucikan, bangkainya pun halal.” Dikeluarkan oleh Imam Empat dan Ibnu Syaibah. Lafadh hadits menurut riwayat Ibnu Syaibah dan dianggap shohih oleh oleh Ibnu Khuzaimah dan Tirmidzi. Malik, Syafi’i dan Ahmad.



(Sumber: http://mahluktermulia.wordpress.com/2010/04/08/metode-pengajaran-rasulullah-kepada-para-sahabat-1/)
»»  Read more...

Konsepsi Pendidikan Rasulullah SAW (Konsep Nabawi)

Bismillahirrahmanirrahim. Postingan Edukasi Sepanjang Masa (ESM) kali ini akan menulis tentang konsep belajar dan pembelajaran Rasulullah SAW. Yang nyatanya memang suatu konsep pendidikan yang matang dan sangat kondisional dari masa ke masa hingga saat ini.

Jika kita menyimak segala aspek kehidupan Rasulullah SAW, maka kita akan menemukan lautan keajaiban-keajaiban yang seolah tiada tepinya. Baik itu dalam cara beliau memimpin, cara beliau bergaul termasuk cara beliau mendidik ummatnya. Di sana akan terlihat jelas, bagaimana dengan sarana dan prasarana yang minimal, beliau menapatkan hasil yang maksimal.

Para sahabat nabi umumnya adalah manusia-manusia yang secara akademis sangat tertinggal di banding bangsa-bangsa di sekitar Arabia. Seperti bangsa Mesir, bangsa Romawi ataupun bangsa Persia. Mereka adalah bangsa-bangsa tua yang sellama ratusan tahun telah akrab denga dunia tulis menulis, dunia perdebatan, dunia riset dan dunia buku. Sementara bangsa Arab saat itu hanya mengenal bersyair, ilmu berkuda dan riwayat-riwayat suku-suku. Karena itulah, kita hampir tidak menemukan satu pun peninggalan sejarah dalam bentuk fisik yang dihasilkan bangsa Arab sebelum Islam. Apalagi dalam bentuk tertulis.

Namun ketika Rasulullah SAW bangkit menyampaikan Islam, maka dengan secepat kilat bangsa Arab bangkit laksana raksasa yang baru bangun dari tidurnya. Secara militer, mereka telah melakukan pergerakan yang sedemikian cepat dengan menumbangkan para penguasa dzalim pada masa itu. Yaitu Kaisar Romawi di barat dan Maharaja Parsi di timur. Sementara secara moral, mereka telah menunjukkan dengan apik sebuah model pemerintahan yang melayani rakyat sebagai ganti periode sebelumnya dimana rakyat bukan hanya pelayan dari penguasa. Namun telah menjadi budak para penguasa. Dan dibidang kebudayaan, bangsa Arab yang bodoh telah bergerak cepat mengambil alih berbagai peradaban tua dan menyinarinya dengan cahaya Islam. Hingga kemudian lahirlah para ilmuwan Islam yang cukup terkenal hingga saat ini. Seperti Ibnu Sina ( kedokteran ), Al Mawardi ( ketatanegaraan ), Asy Syafi’I ( hukum ) dan lain-lain.

Yang menjadi pertanyaan bagi para pendidik adalah apakah rahasia Rasulullah SAW mendidik seorang jagoan kampung semacam Khalid bin Walid sehingga menjadi jenderal tak terkalahkan pada masanya. Atau preman pasar semacam Umar bin Khatab yang kemudian menjadi kepala negara yang susah dicari tandingannya di masa sekarang. Bagaimana budak semacam Salman Al Farisi yang sebelumnya hanya mengenal cara menanam dan merawat kurma di Madinah bisa menjadi gubernur yang sukses di Persia. Dan bagaimana pengembala kambing seperti Abdullah bin Mas’ud bias menjadi ahli tafsir Al Qur’an ?

Ada beberapa rahasia keberhasilan pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah shallallah ‘alayhi wa aalihi wa sallam.

Pertama adalah bahwa basis pendidikan yang beliau bangun adalah Iman. Hingga dengan keyakinan inilah, kemudian muncul pribadi-pribadi yang bisa mengendalikan diri dan pribadi-pribadi yang meyakini bahwa apa pun yang mereka lakukan kelak akan dimintai pertanggungan jawaban oleh Allah SWT. Sehingga akhirnya dari pancaran keimanan ini muncul pribadi-pribadi yang jujur, bertanggung jawab, amanah dan berakhlak mulia.

Kedua adalah bahwa Rasulullah SAW menjadikan akhlak sebagai bagian yang sangat penting dalam proses pembinaan ummat yang beliau lakukan. Hal ini beliau sampaikan dalam khutbah-khutbah yang beliau lakukan. Disamping itu, dalam kesempatan berbincang-bincang dan bergaul dengan para sahabat, beliau sangat menekankan aspek akhlak ini kepada mereka. Dan yang tak kalah pentingnya adalah bahwa Rasulullah SAW memberikan contoh konkret bagaimana bentuk akhlak yang mulia ini melalui perilaku belau sehari-hari. Haingga dari hasil pendidikan akhlak yang beliau lakukan, lahirlah insan-insan yang berbudi pekerti mulia. Dan ternyata kelak akhlak mulia yang dimiliki para sahabat ini menjadi modal yang besar bagi mereka dalam meraih kesuksesan dalam perjuangan yang mereka lakukan.

Ketiga adalah pendidikan berbasis minat dan bakat. Rasulullah SAW sangat tahu bahwa masing-masing sahabat beliau memiliki kelebihan-kelebihan dan keunikan-keunikan dimana yang satu berbeda dengan yang lain. Karena itulah, beliau tidak membebani mereka untuk melakukan sesuatu yang diluar bakat dan kapasitas alamiah mereka. Hingga akhirnya timbuhlah manusia-manusia istimewa dengan basis bakat alamiah mereka masing-masing.

Khalid bin Walid misalnya. Ia dari awal memiliki bakat kemiliteran yang menonjol. Karena itulah, Rasulullah shallallah ‘alayhi wa aalihi wa sallam membina Khalid agar menjadi panglima perang yang handal. Bukan menjadi ahli pengobatan atau ahli hukum. Zaid bin Haritsah lain lagi. Sahabat Nabi yang satu ini memiliki minat dan bakat dalam bidang berhitung dan bahasa asing. Maka sejak dini Rasulullah SAW membimbing Zaid sehingga ia menjadi ahli faroidh ( hukum waris ) disamping menjadi juru bahasa beliau dan sekretaris pribadi. Sementara Abdurrahman bin Auf memiliki bakat di bidang perdagangan. Maka beliau pun membinanya hingga akhirnya Abdurrahman bin Auf menjadi salah satu konglomerat Islam yang banyak memberikan sumbangan harta bagi kejayaan Islam dan kaum muslimin. Demikian juga dengan para sahabat yang lain. Mereka dibina oleh Rasulullah shallallah ‘alayhi wa aalihi wa sallam sesuai dengan bakat mereka masing-masing.
Keempat adalah pendidikan dengan basis doa dan riyadhoh ( tirakat ). Rasulullah SAW mengajarkan bahwa doa adalah sesuatu yang penting bagi setiap mukmin. Dan beliau pun memberi contoh bagaimana berdoa dalam berbagai situasi dan kondisi. Dengan berdoa dan riyadhoh, potensi lahiriah yang sebenarnya terbatas dapat dilipat gandakan dayagunanya sehingga dapat melebihi keadaan apabila tidak disertai doa.
Dengan demikian, upaya yang dilakukan bukan sekedar bertumpu pada kemampuan lahiriyah, namun juga didukung oleh ” kuasa langit ” sehingga kesuksesan dan kejayaan bisa diraih. Inilah yang juga sangat ditekankan oleh Al Qur’an dan Sunnah. Karena itulah, jika kita melihat kehidupan para sahabat Nabi, mereka ternyata adalah pelaku-pelaku olah spiritual yang sangat kuat dan ini menjadi salah satu rahasia keksuksesan dalam hidup mereka.

Dari semua dasar pendidikan di atas, hingga akhirnya muncul sekelompok manusia dengan keunikan masing-masing, berakhlak mulia serta dengan modal keimanan dan laku spiritual yang kuat, yang menyatu dalam Jama’ah Islam, bergerak dalam satu komando untuk menegakkan agama Allah SWT. Inilah rahasia mengapa pendidikan yang beliau lakukan membuahkan hasil yang gemilang.
»»  Read more...

Kamis, 22 Desember 2011

Pendidikan Seumur Hidup dalam Perspektif Islam

Pada kesempatan untuk posting kedua ini kami akan mengemukakan tentang pendidikan seumur hidup atau "long life education" dalam istilah orang Barat :D. Baagaima Pendidikan seumur hidup atau edukasi atau belajar seumur hidup dalam pandangan Islam?

Dalam perspektif Islam, pendidikan seumur hidup didasarkan pada fase-fase perkembangan manusia itu sendiri. Artinya, proses pendidikan itu disesuaikan dengan pola dan tempo, serta irama perkembangan yang dialami oleh seseorang sampai akhir hayatnya, yakni:
1. Masa al-Jauin (usia dalam kandungan)

Masa al-jauin, tingkat anak yang berada dalam kandungan dan adanya kehidupan setelah adanya ruh dari Allah swt. Pada usia 4 bulan, pendidikan dapat diterapkan dengan istilah “pranatal” atau juga dapat dilakukan sebelum ada itu menjadi janin yang disebut dengan pendidikan “prakonsepsi”. Karena itu, seorang ibu ketika mengandung anaknya, hendaklah mempersiapkan kondisi fisik maupun psikisnya, sebab sangat berpengaruh terhadap proses kelahiran dan perkembangan anak kelak.
2. Masa bayi (usia 0-2 tahun)

Pada tahap ini, orang belum memiliki kesadaran dan daya intelektual, ia hanya mampu menerima rangsangan yang bersifat biologis dan psikologis melalui air susu ibunya. Karenanya, dalam fase ini belum dapat diterapkan interaksi edukatif secara langsung. Proses edukasi dapat dilakukan menurut Islam adalah membacakan adzan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri ketika baru lahir, memberi nama yang baik ketika diaqiqah. Dengan demikian, di hari pertama dan minggu pertama kelahirannya, sudah diperkenalkan kalimat tauhid, selanjutnya diberi nama yang baik sesuai tuntunan agama.
3. Masa kanak-kanak  (usia 2-12 tahun)

Pada fase ini, seseorang mulai memiliki potensi-potensi biologis, paedagogis. Oleh karena itu, mulai diperlukan pembinaan, pelatihan, bimbingan, pengajaran dan pendidikan yang sesuai dengan bakat dan minat atau fitrahnya. Ketika telah mencapai usia enam tahun hendaklah dipisahkan tempat tidurnya dan diperintahkan untuk shalat ketika berumur tujuh tahun. Proses pembinaan dan pelatihan lebih efektif lagi bila dalam usia tujuh tahun disekolahkan pada Sekolah Dasar. Hal tersebut karena pada fase ini, seseorang mulai aktif dan mampu memfungsikan potensi-potensi indranya walaupun masih pada taraf pemula.
4. Masa puber (usia 12-20 tahun)

Pada tahap ini, seseorang mengalami perubahan biologis yang drastis, postur tubuh hampir menyamai orang dewasa walaupun taraf kematangan jiwanya belum mengimbanginya. Pada tahap ini, seseorang mengalami masa transisi, masa yang menuntut seseorang untuk hidup dalam kebimbangan, antara norma masyarakat yang telah melembaga agaknya tidak cocok dengan pergaulan hidupnya sehari-hari, sehingga ia ingin melepaskan diri dari belenggu norma dan susila masyarakat untuk mencari jati dirinya, ia ingin hidup sebagai orang dewasa, diakui, dan dihargai, tetapi aktivitas yang dilakukan masih bersifat kekanak-kanakan. Seringkali orang tua masih membatasi kehidupannya agar nantinya dapat mewarisi dan mengembangkan usaha yang dicapai orang tuanya. Proses edukasi fase puber ini, hendaknya dididik mental dan jasmaninya misalnya mendidik dalam bidang olahraga dan  memberikan suatu model, mode dan modus yang Islami, sehingga ia mampu melewati masa remaja di tengah-tengah masyarakat tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam.
5. Masa kematangan (usia 20,30)
 
Pada tahap ini, seseorang telah beranjak dalam proses kedewasaan, mereka sudah mempunyai kematangan dalam bertindak, bersikap, dan mengambil keputusan untuk menentukan masa depannya sendiri. Proses edukasi yang dapat dilakukan adalah memberi pertimbangan dalam menentukan masa depannya agar tidak melakukan langkah-langkah yang keliru.
6. Masa kedewasaan (usia 30- …sampai akhir hayat)

Pada tahap ini, seseorang telah berasimilasi dalam dunia kedewasaan dan telah menemukan jati dirinya, sehingga tindakannya penuh dengan kebijaksanaan yang mampu memberi naungan dan perlindungan bagi orang lain. Proses edukasi dapat dilakukan dengan cara mengingatkan agar mereka lebih memperbanyak amal shalih, serta mengingatkan bahwa harta yang dimiliki agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan agama, negara dan masyarakat.
»»  Read more...

Rabu, 21 Desember 2011

Long Life Education "Belajar untuk hidup | Hidup untuk belajar"

Posting perdana di blog E.S.M. atau Edukasi Sepanjang Masa ini kami duplikasi dari Mbak Alviyana (http://alviyana.student.fkip.uns.ac.id/2011/12/14/long-life-education-aai-2011/). Terima kasih kami haturkan atas catatan kecilnya tentang Log Life Education. Mohon maaf sebelumnya posting tersebut kami share di blog ini hanya untuk memotivasi kami pribadi dan sahabat-sahabat kami, sekaligus untuk mengisi posting perdana di blog ini dan bukan bermaksud lain. Jazaakilaah khoira jazaa'.

Kami merasa ingin share tentang ini karena kami berpendapat bahwa menuntut ilmu itu adalah wajib ! Sepanjang hayat. Yaaa.... sepanjang masa, selama nafas masih berhembus :D.

"Tholabul-'ilmi fariidhatun 'alaa kulli muslimiina"

HUKUM MENUNTUT ILMU

Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah
beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun
perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang
cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya
berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat atau
mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi
Muhammad saw :
“Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan”. (HR. Ibn Abdulbari)
Dari hadist ini kita memperoleh pengertian, bahwa Islam mewajibkan
pemeluknya agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui
segala kemashlahatan dan jalan kemanfaatan; menyelami hakikat alam, dapat
meninjau dan menganalisis segala pengalaman yang didapati oleh umat yang
lalu, baik yang berhubungan dangan ‘aqaid dan ibadat, baik yang berhubungan
dengan soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup.

Nabi Muhammad saw. bersabda :
“Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) diakhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang
meginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula”. (HR.
Bukhari dan Muslim)
Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik, dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai Allah SWT. Demikian pula Islam mewajibkan kita menuntut ilmu akhirat yang menghasilkan natijah, yakni ilmu yang diamalkan sesuai dengan perintah-perintah syara’. Hukum wajibnya perintah menuntut ilmu itu adakalanya wajib ‘ain dan adakalanya wajib kifayah.
  1. Hukum Fardhu ‘Ain
Ilmu yang wajib ‘ain dipelajari oleh mukallaf yaitu yang perlu diketahui
untuk meluruskan ‘aqidah yang wajib dipercayai oleh seluruh muslimin , dan yang perlu di ketahui untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang
difardhukan atasnya, seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Disamping itu perlu dipelajari ilmu akhlak untuk mengetahui adab sopan
santun yang perlu kita laksanakan dan tingkah laku yang harus kita
tinggalkan. Selain hal tersebut harus pula mengetahui kepandaian dan keterampilan yang menjadi tonggak hidupnya.
Adapun pekerjaan-pekerjaan yang tidak dikerjakan sehari-hari maka di
wajibkan mempelajarinya kalau dikehendaki akan melaksanakannya, seperti seseorang yang hendak memasuki gapura pernikahan, seperti syarat-syarat dan rukun-rukunnya dan segala yang diharamkan dan dihalalkan dalam menggauli istrinya.
  1. Hukum Fardhu Kifayah
Sedang ilmu yang wajib kifayah hukum mempelajarinya, ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya.

MENUNTUT ILMU SEBAGAI IBADAT.

Dilihat dari segi ibadat, sungguh menuntut ilmu itu sangat tinggi nilai
dan pahalanya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.
“Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kakinya di waktu pagi (maupun petang), kemudian mempelajari satu ayat dari Kitab Allah (Al-Quran), maka pahalanya lebih baik daripada ibadat satu tahun”.

Dalam hadist lain dinyatakan :
“Barang siapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk
golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia sampai pulang kembali”.

Mengapa menuntut ilmu itu sangat tinggi nilainya dilihat dari segi
ibadat?. Karena amal ibadat yang tidak dilandasi dengan ilmu yang
berhubungan dengan itu, akan sia-sialah amalnya. Syaikh Ibnu Ruslan dalam
hal ini menyatakan :
“Siapa saja yang beramal (melaksanakan amal ibadat) tanpa ilmu, maka
segala amalnya akan ditolak, yakni tidak diterima”.

DERAJAT ORANG YANG BERILMU.

Kalau kita telah mempelajari dan memiliki ilmu-ilmu itu, apakah kewajiban kita yang harus ditunaikan?
Kewajiban yang harus ditunaikan ialah mengamalkan segala ilmu itu, sehingga menjadi ilmu yang bermanfaat, baik untuk diri kita sendiri maupun bagi orang lain.
Agar bermanfaat bagi orang lain hendaklah ilmu-ilmu itu kita ajarkan kepada mereka. Mengajarkan ilmu-ilmu ialah memberi penerangan kepada mereka dengan uraian lisan, atau dengan melaksanakan sesuatu amal di hadapan mereka, atau dengan jalan menyusun dan mengarang buku-buku untuk dapat diambil manfaatnya.
Mengajarkan ilmu kecuali memang diperintah oleh agama, sungguh tidak
disangkal lagi, bahwa mengajar adalah suatu pekerjaan yang seutama-utamanya.
Nabi diutus ke dunia inipun dengan tugas mengajar, sebagaimana sabdanya :
“Aku diutus ini, untuk menjadi pengajar”.(HR. Baihaqi)
Sekiranya Allah tidak membangkitkan Rasul untuk menjadi guru manusia, guru dunia, tentulah manusia tinggal dalam kebodohan sepanjang masa.
Walaupun akal dan otak manusia mungkin menghasilkan berbagai ilmu
pengetahuan, namun masih ada juga hal-hal yang tidak dapat dijangkaunya,
yaitu hal-hal yang di luar akal manusia. Untuk itulah Rasul Allah di
bangkitkan di dunia ini.
Mengingat pentingnya penyebaran ilmu pengetahuan kepada manusia/masyarakat secara luas, agar mereka tidak dalam kebodohan dan kegelapan, maka diperlukan kesadaran bagi para mualim, guru dan ulama, untuk beringan tangan menuntun mereka menuju kebahagian dunia dan akhirat. Bagi para guru dan ulama yang suka menyembunyikan ilmunya, mendapat ancaman, sebagaimana sabda Nabi saw.
Artinya :”Barang siapa ditanya tentang sesuatu ilmu, kemudian menyembunyikan (tidak mau memberikan jawabannya), maka Allah akan mengekangkan (mulutnya), kelak dihari kiamat dengan kekangan ( kendali) dari api neraka”.(HR Ahmad)
»»  Read more...

kabar berita dari langit

kampoeng damaikoe